Sambar.id, Sumenep – Kasus penyalahgunaan barcode pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) kembali menyeruak, kali ini menimpa Ainur Rahman alias Inong, warga Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Ia dibuat geram setelah mengetahui barcode miliknya digunakan oleh pihak lain untuk pembelian BBM secara ilegal.
Insiden itu terjadi pada Selasa dini hari (08/07/2025), ketika Inong hendak mengisi BBM di salah satu SPBU. Bukannya mendapatkan bahan bakar, sistem justru menolak transaksinya dengan alasan barcode tengah digunakan dalam proses pembelian aktif.
"Ini sungguh keterlaluan! Bagaimana jika saya sedang dalam perjalanan jauh dan kehabisan BBM? Tapi barcode saya justru dipakai orang lain. Ini bukan lagi soal ketidaknyamanan, tapi soal kelalaian yang mengancam keselamatan,” ujar Inong dengan nada tinggi saat ditemui media ini.
Inong mengaku sebelumnya memang pernah mendaftarkan barcode pembelian BBM di SPBU wilayah Sumenep, namun tak menyangka data tersebut bisa bocor dan dimanfaatkan secara ilegal. Ironisnya, transaksi ilegal itu tercatat sebanyak 20 liter dan dilakukan pada pukul 23.54 WIB malam sebelum kejadian.
“Ketika saya cek langsung ke SPBU, banyak pengecer BBM terlihat antre. Diduga kuat, salah satu dari mereka menggunakan barcode saya. Ini bentuk penyalahgunaan sistem,” ungkapnya kecewa.
Tak tinggal diam, Inong menyatakan akan menempuh jalur hukum. Ia menuntut aparat penegak hukum, khususnya Polres Sumenep, turun tangan secara profesional untuk membongkar siapa aktor di balik penyalahgunaan ini.
“Kalau ini dibiarkan, bukan tak mungkin barcode warga lain juga disalahgunakan. Ini bisa menjadi skema pelanggaran terstruktur dan berpotensi merugikan negara. Saya akan melapor secara resmi, dan berharap kepolisian bergerak cepat,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menyentil lemahnya pengawasan dari pengelola SPBU dan buruknya integritas sistem digitalisasi pembelian BBM yang semestinya menjadi solusi, bukan sumber masalah baru.
“Distribusi BBM diatur dalam regulasi ketat, mulai dari kuota hingga jenis kendaraan. Kalau barcode bisa dipakai seenaknya, untuk apa ada sistem? Ini bukan hanya cacat teknis, tapi celah korupsi,” imbuhnya.
Warga pun mendesak pihak Pertamina melakukan audit sistem menyeluruh terhadap SPBU yang terindikasi memiliki praktik curang, termasuk mendalami kemungkinan adanya keterlibatan oknum internal.
Hingga berita ini ditayangkan, belum ada keterangan resmi dari pihak pengelola SPBU maupun pengawas lapangan. Sementara keresahan masyarakat kian meningkat, seiring dengan keraguan terhadap efektivitas sistem digital pembelian BBM yang selama ini dianggap sebagai langkah reformasi distribusi energi. (Vans)