Sambar.id, Babel || Tim peneliti dari Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung melanjutkan eksplorasi budaya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), dengan mengunjungi Perguruan Silat Pulau Kelapa.
Penelitian etnografi ini bertujuan melihat dan mendengar secara langsung dari berbagai narasumber, baik atlet maupun pelatih.
Pimpinan salah satu sanggar tari, Wanda, dalam pertemuan menjelaskan, pementasan kolaboratif ini memadukan seni pertunjukan dengan tradisi pencak silat.
Turut hadir perwakilan dari pemerintah daerah Kabupaten Bangka, yang diwakili oleh Kabid Budaya-Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga, Alpiyan.
Kedatangan Tim Peneliti ISBI dari Bandung ini terdiri dari Prof. Dr. Sri Rustiyanti, Dr. Wanda Listiani, M.Ds., Anrilia E.M. Ningdyah, Ph.D, Psikolog, serta pimpinan Sanggar Tari Pembuluh Rindu Rita Zahara, M. Sn.
Prof. Dr. Sri Rustiyanti utarakan persiapan yang cukup lengkap dengan menghadirkan berbagai narasumber untuk mendokumentasikan salah satu warisan budaya bukan benda Indonesia yang kaya, yakni seni bela diri pencak silat Pulau Kelapa yang mempunyai ciri gerak yang tangkas menyerang.
"Para pelatih dan anggota Perguruan Silat Pulau Kelapa dikenal aktif melestarikan dan mengembangkan gaya pencak silat khas dengan gerak tangkas menyerang. Demosntrasi gerak jurus dari Perguruan Silat Pulau Kelapa sangat atraktif dan dinamis merupakan gabungan keindahan dan kekuatan yang tidak hanya menampilkan keterampilan bela diri, tetapi juga memukau dengan keluwesan, kecepatan, dan akurasi," paparnya usai acara, Selasa (1/7).
Menurut Sri, pesilat Pulau Kelapa bergerak dengan cepat, mengubah arah secara tiba-tiba, dan melesat dalam serangan dan pertahanan.
Hal ini, kata dia, menciptakan kesan gerak yang sulit ditebak dan energik, termasuk gerak kombinasi jurus pukulan, tendangan, sapuan, kuncian, hingga jatuhan yang bervariasi.
Selainn itu, pola langkah kaki yang kompleks dan ritmis menambah dinamika dan ruang gerak pesilat.
Putaran tubuh, lompatan, gulingan, dan posisi kuda-kuda yang rendah nan kuat, menurut pandangan Sri berkontribusi pada aspek dinamis.
Transisi gerak pun dia berujar dilakukan mulus, seolah tanpa jeda, sehingga menunjukkan penguasaan teknik yang tinggi dan kontrol tubuh yang luar biasa, dan tampak unsur akrobatiknya.
"Pencak silat bukan hanya seni bela diri, tetapi juga cerminan nilai-nilai luhur, disiplin, dan spiritualitas. Kami ingin memahami bagaimana tradisi ini diwariskan dan diadaptasi dari generasi ke generasi, dan ternyata pewarisan secara vertikal, mendatar, dan diagonal juga ada di daerah ini," ujar Sri, mengungkapkan ketertarikannya pada filosofi, gerakan, dan ritual yang menyertai praktik pencak silat di Perguruan Silat Pulau Kelapa.
Menurut Sri juga, para pelatih dan atlet Perguruan Silat Pulau Kelapa dengan bangga membagikan pengetahuan mereka, mulai dari sejarah perguruan, jurus-jurus inti, hingga pentingnya etika dan adab dalam dunia persilatan.
"Pak Budi sebagai Pelatih Pencak Silat Pulau Kelapa menjelaskan aspek koreografi dan estetika gerakan silat, melihatnya sebagai bentuk seni pertunjukan dinamis. Sementara itu, Pak Mendra Kurniawan, menjelaskan peran pencak silat dalam pembentukan karakter, disiplin mental, dan pengembangan diri atlet pencak silat sangat penting bagi generasi muda," sambungnya.
Lewat kunjungan ini, pihaknya berharap dapat membuka jalan kerja sama penelitian lebih mendalam antara ISBI Bandung dan Perguruan Silat Pulau Kelapa.
Adapun potensi kolaborasi tersebut meliputi pendokumentasian gerak jurus, dan filosofi silat secara digital akan tersimpan dalam web.
(*)