Sambar.id.Sukabumi.Korupsi bukan hanya tentang angka, Ia adalah kejahatan terhadap masa depan. Di Jawa Barat, kita tidak kekurangan regulasi, lembaga, atau slogan anti-korupsi. Yang kurang justru keberanian dan konsistensi menegakkan kebenaran, terutama ketika pelaku berada di balik meja kekuasaan.
Hari ini, terlalu banyak kasus yang mandek. Terlalu banyak “pejabat pencitraan” yang seolah peduli pada rakyat, tapi di balik layar justru jadi arsitek dari penghisapan dana publik. Modusnya bisa macam-macam: pengadaan fiktif, pungli berkedok sumbangan, hingga kongkalikong proyek.
Korupsi itu bukan lagi sekadar pelanggaran hukum, tapi penyakit sistemik yang menular dari ruang rapat hingga meja makan keluarga pejabat. Yang lebih menyedihkan: ada yang mencoba memutarbalikkan kenyataan. Menuduh yang bersuara sebagai “pengacau”, sementara pelaku sebenarnya bersembunyi dengan aman. ( 22/06/2025 )
Saya katakan dengan tegas: cukup sudah!
Sebagai Ketua Umum KPK Jabar, saya menyerukan dua hal :
- Tegakkan hukum tanpa pandang bulu. Siapa pun yang terlibat, apakah ia berjaket partai, berseragam ASN, atau bahkan punya gelar agamis—harus berani diusut. Jabatan bukan perisai, kekuasaan bukan alasan.
- Berani buka suara. Rakyat harus didorong untuk kritis. Media harus berani menyuarakan yang benar, bukan hanya yang aman. Mahasiswa, LSM, dan jurnalis adalah garda terdepan. Jangan biarkan suara-suara perlawanan dibungkam oleh intimidasi atau fitnah.
Karena akibat ketidaktegasan dalam pemberantasan korupsi, hari ini kita melihat ironi besar: korupsi di negeri ini seperti kuku dipotong, tumbuh lagi. Kita potong satu kasus, muncul kasus baru. Kita tangkap satu oknum, jaringan lain sudah siap menggantikan.
Dan ini bukan semata-mata karena penyidik aparat penegak hukum (APH) tidak profesional. Bahkan bukan karena kinerja penyidiknya buruk. Banyak di antara mereka justru berani, bekerja keras, dan rela pasang badan.
Tapi masalah utamanya adalah: aturan hukum kita lemah. Undang-undang tidak memberikan efek jera. Hukuman untuk koruptor terlalu ringan, celah hukum terlalu longgar, dan ruang kompromi terlalu luas. Akibatnya, korupsi seolah bukan kejahatan besar, tapi hanya “kesalahan teknis”.
Saya tidak akan diam saat institusi yang kami perjuangkan dijadikan tameng oleh pelaku korupsi. Saya tidak akan tinggal diam saat ada pihak-pihak yang berlagak bersih, padahal menyembunyikan dosa berjamaah di balik meja kerja.
Hari ini, kita bukan sedang melawan individu, tapi mentalitas korup. Mentalitas yang rela makan dari hak orang lain. Yang mengaku pejuang rakyat, padahal menindas rakyat secara diam-diam.
Mari kita bersihkan Jawa Barat. Bukan hanya dengan slogan, tapi dengan aksi nyata. Korupsi harus ditangani dari akar, bukan cuma pucuknya. Kalau perlu, cabut sampai ke akar yang paling dalam.tegas Piar
( U M )