Bhayangkari - Di jantung Sulawesi Barat, sebuah pesan moral bergema, menggetarkan hati dan mengingatkan kita akan pentingnya persatuan, kejujuran dan semangat kebersamaan dalam membangun Tanah Mandar. Bukan sekadar narasi, melainkan seruan jiwa yang tertuang dalam "Dalam Hening Pusaka Sejarah," sebuah pesan inspiratif dari Ibu Kapolda Sulbar Ny. Miranti Adang yang disampikan saat moment istimewa hari jadi bhayangkara ke-79 yang kini menjadi perbincangan hangat.
Narasi ini diawali dengan sesanti penuh makna, warisan sang patih "Pengemban amanah Tribrata dan Catur adalah para satria Andhika Bhayangkari, pengayom sekaligus penentu keamanan Nusantara." Kalimat ini menjadi landasan kokoh bagi pesan utama yang disampaikan.
Dengan tulus, Ibu Kapolda Sulbar Ny. Miranti Adang mengungkapkan kecintaannya pada tanah Mandar: "Kami bukan lahir di sini. Kami tidak memiliki garis keturunan panjang yang mengakar dalam sejarah tanah ini. Namun kami mencintai tanpa pamrih, merawat seolah-olah tanah ini adalah warisan darah kami sendiri." Ungkapan ini begitu menyentuh, menggambarkan pengabdian tanpa batas yang melampaui ikatan darah.
Namun, perjalanan menuju kemajuan Sulawesi Barat tak luput dari tantangan. Konflik internal, sikap saling menjatuhkan dan penolakan terhadap perubahan menjadi penghalang besar. "Potensi besar dipagari oleh konflik internal. Dunia usaha pun mulai ragu. Investor bukan takut pada kekurangan sumber daya, tetapi gentar pada hilangnya nurani, akal sehat dan kepercayaan antar sesama," demikian narasi tersebut menyoroti realita pahit yang dihadapi.
Di tengah tantangan tersebut, keindahan dan potensi Sulawesi Barat tetap bersinar. Alam yang subur, budaya yang kaya dan warisan keterampilan yang mengagumkan, seperti Tenun Kalumpang dan Sutra Mandar, menjadi bukti kekayaan Tanah Mandar. "Tenun Kalumpang helai yang bertutur, Sutra Mandar indah terjalin di tangan, ditenun oleh hati yang terampil dan jujur, menjalin kisah warisan yang mahsyur," sebuah gambaran puitis akan warisan budaya yang luar biasa.
Akhirnya, pesan ini menggemakan seruan yang sederhana namun penuh kekuatan. "Yang kurang hanyalah satu, keinginan yang sungguh-sungguh untuk bersatu dan membangun bersama. Untuk satu tubuh, satu tanah, satu cita Sulawesi Barat." Bukan sumber daya atau semangat individu yang kurang, melainkan tekad kolektif untuk membangun masa depan bersama.
Ibu Kapolda Sulbar Ny. Miranti Adang menutup harapannya dengan Pesan lokal yang begitu bermakna "Ingga’e sisayangi, da’ tau sisara-sara." (Mari saling menyayangi, jangan saling menyakiti). Sebuah pengingat bahwa kemajuan dimulai dari hati yang bersih, pikiran yang jernih dan persatuan yang tulus.
Pesan ini bukan hanya untuk Sulawesi Barat, tetapi juga untuk seluruh Indonesia, sebuah ajakan untuk membangun negeri dengan cinta dan persatuan.
Humas Polda Sulbar