Oleh: Edi Sutiyo (Ketum Simpe Nasional/ Pembina Jaringan Advokasi Rakyat Indonesia)
Bandung, SAMBAR ID // Jika kemarahan rakyat memuncak, seketika kekuasaan terlepas dari genggaman, sosok Bupati Sudewo benar- benar membuka mata dan telinga publik, bagaimana seorang pemimpin yang di pilih langsung oleh rakyat lewat mekanisme sah secara kontitusi, namun ironi justru tumbang dengan cara jalanan lewat demo kemarahan rakyat yang tersulut akibat arogansi kekuasaan.
Dari Pati kita belajar dan memahami apalah arti sebuah kekuasaan jika digunakan untuk menindas, berbuat tanpa empati dan kepekaan terhadap kesulitan rakyat. Jangan gunakan tangan besi mu kepada rakyat, kaum proletar ini bisa bangkit melawan jika rongga nafas sudah tertutup.
Pati memberi pesan kepada pemimpin daerah lainnya, jangan sombong dan merasa benar, karena rakyatlah sejatinya pemilik kekuasaan tersebut, jangan sesekali merobek nurani rakyat, karena dalam keadaan terluka rakyat akan bangkit bergerak bersama meruntuhkan tembok kekuasaan yang sudah di genggam.
Jalankan amanah rakyat dengan empati dan welas asih, karena rakyatlah yang memberimu singgasana serta peraduan, kau boleh merasa seperti raja, tapi raja tanpa mahkota, karena mahkota sejati adalah milik rakyat.
Pati merupakan salah satu pusat kekuasan kerajaan Nusantara, disana merupakan daerah konon katanya tempat di makamkan nya Prabu Angling Darma yang di kenal raja gagah perkasa, sakti mandraguna, mungkin titisan darah sang prabu lah yang menjadi spirit rakyat Pati untuk merontokkan tangan besi sang Bupati
Ingat wahai para Pemimpin Negeri ini jangan sekali- kali menantang rakyat, sudah banyak contoh tumbangnya tirani karena melukai hati rakyat, suara rakyat suara Tuhan.
Editor:Arie Gusti S