Aksi pertama dimulai sejak pukul 08.00 Wita oleh Amarah Rakyat Bersatu dengan jumlah massa sekitar 500 orang. Mereka memusatkan protes di Jl. Baru Alternatif Antang, Kantor Gubernur Sulsel, hingga Kantor Aplikator Maxim di Gowa. Massa menuntut pemerintah segera menuntaskan aspirasi rakyat dan mengancam gelombang perlawanan lanjutan jika tuntutan diabaikan.
Menjelang siang, Aliansi Mahasiswa Bersatu Aksi menggelar protes di Polda Sulsel menyikapi dugaan pemukulan oleh Kapolres Sinjai saat aksi di DPRD Sinjai.
Sejak pukul 13.00 Wita, demonstrasi kian meluas ke berbagai titik vital Makassar.
Di Kejati Sulsel dan Flyover Pettarani, Gerakan Mahasiswa Peduli Hukum Sulsel mendesak pengusutan dugaan korupsi anggaran rumah tangga DPRD Tana Toraja.
Di Yayasan Budi Luhur Tamalate, Aliansi Mahasiswa Makassar Anti Rasis (AMMAR) menyoroti dugaan rasisme dan ketiadaan IPAL.
Sementara Persatuan Lingkaran Aktivis Sulsel menyerbu KFC Gelael, Balai Kota, hingga PTSP Makassar, menuntut transparansi izin amdalalin sesuai UU No.22/2009.
Tak hanya itu, Mahasiswa Peduli Rakyat (MPR) mendesak Dinas Pariwisata Sulsel menindak tegas hiburan malam yang melanggar Surat Edaran No.273/2025, sedangkan Kesatuan Aktivis Mahasiswa Indonesia menyoroti dugaan nepotisme pengadaan buku di Kabupaten Takalar.
Isu keagamaan turut mewarnai, ketika PERKARA-Makassar berunjuk rasa di Kantor Gubernur, Balaikota, hingga THM, menentang operasional hiburan malam pada malam peringatan Maulid Nabi.
Selain itu, Forum Solidaritas Mahasiswa dan Pelajar Peduli Rakyat Papua (FSMP-PRP) memusatkan protes di flyover, menolak pemindahan tahanan politik Papua di Makassar.
Gelombang massa makin padat ketika Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Makassar Menggugat menuding kelalaian aparat dalam pengamanan aksi sebelumnya hingga menyebabkan korban jiwa.
Sekitar pukul 13.30 Wita, Formasi menyoroti penyalahgunaan fasum dan reklame ilegal di Rappocini, disusul AMERTA yang mengepung RS Wahidin dan Polrestabes Makassar menuntut pengelolaan limbah medis dan alat kesehatan.
Puncaknya, sekitar pukul 14.00 Wita, Himpunan Mahasiswa Manajemen Indonesia Wilayah VI menggeruduk Ditlantas Polda Sulsel, Mapolda, hingga Rujab Kapolda, menuding maraknya pungli dalam pengurusan mutasi kendaraan. Massa aksi ini diperkirakan mencapai 200 orang.
Potensi Macet dan Konsentrasi Aparat
Dengan total massa ribuan orang tersebar di lebih dari 20 titik strategis, arus lalu lintas Makassar dipastikan terganggu. Polisi disiagakan penuh di kawasan Jl. Urip Sumoharjo, A.P. Pettarani, hingga pusat kota untuk mengantisipasi kemacetan dan benturan antar massa.
Gelombang Ketidakpuasan Publik
Rangkaian aksi hari ini memperlihatkan semakin luasnya spektrum ketidakpuasan publik di Sulsel. Dari isu korupsi DPRD, nepotisme pendidikan, rasisme, hiburan malam, hingga kelalaian aparat, mahasiswa dan aktivis bersatu menyuarakan kritik keras di jalanan.