Kebijakan Pembangunan Jayawijaya Papua Pegunungan

Ustadz Ismail Asso, Pemerhati Pembanguan Papua Pegunungan

Sambar.id, Opini - Dana Hibah Kesra Pemerintah Propinsi (Pemprove dan Pemerintah seluruh Kabupaten Papua hendaknya dialokasikan untuk pemugaran kembali Peradaban Asli Papua.


Gagasan ini bukan hendak bermaksud menghentikan pembangunan gedung agama (Mesjid dan Gereja) tapi mungkin ini gagasan gila mengandung kebaikan dan kebenaran sejati bagi sasaran pembangunan dimana orang Papua memiliki Peradaban masa lalu bernilai sejati urgen direvitalisasi.


Untuk itu entry point gagasan saya sbb: Bahwa Seluruh anggaran dana kesra Kabupaten Jayawijaya dan Propinsi Papua Pegunungan kedepan ini sepenuhnya dialokasikan untuk me-revitalisasi (membangun dan memperbaiki kembali) nilai-nilai utama soal kebijaksanaan hidup peradaban warisan leluhur asli Papua. Misalnya Honai Kaneke. 


Honai Kaneke yang didalamnya menyimpan Hareken ada dua macam Honai Kecil (asli) dan Honai Besar, milik persekutuan umum (confederasi marga secara umum).


Mengingat kegagalan dan kerusakan moralitas generasi muda Papua lebih khusus Kota Wamena Jayawijaya, penyebabnya adalah disorientasi oleh berbagai nilai-nilai baru dan asing, baik bersumber dari agama dan ilmu pengetahuan berserta modernisme, menyebabkan mentaliltas masyarakat asli terdegradasi moralitas hancur dan keseimbangan hidup terasa goyah muncul berbagai rasa prustasi dan kerusakan disana sini. 


Dalam situasi demikian nilai-nilai sejati Papua sebagai kelanjutan perdaban warisan nenek moyang, nilai-nilai par exalance yang melandasinya berpijak dan menanamkan keyakinan diri (The self of confidence) maka sangat diperlukan dan itu mendesak urgen segera merevitalisasi seluruh tatanan Adat Budaya Lembah Balim sebagai peradaban mutiara paling berharga nilainya tak tertandingi dengan nilai apapun agama dan secularisme modern bagi rakyat Lembah Balim Jayawijaya Papua Pegunungan dewasa ini untuk kedepan pembangunan.


Singkatnya seluruh anggaran dana hibah atau dana kesra dialokasikan pemugaran dan pembangunan kembali Honai Adat sebagai peradaban tertinggi dan tak ternilai tak dapat dibandingkan dengan agama dan nilai modernisme baru. 


Itulah peradaban sejati milik dan dilahirkan oleh orang. Asli Papua dan kita sebagai pewaris wajib mempertahankan dan melanjutkan peradaban warisan leluhur leluhur itu dengan keperpihakan dalam politik alokasi anggaran bagi pemugaran Honai-Hanai yang menyimpan beberapa warisan bernilai sacral perlu diperhatikan oleh negara dalam hal ini Bupati dan Gubernur Papua Pegunungan sebagai pengguna anggaran mengalokasikan dana hibah atau kesra ke arahan merevitalisasi warisan peradaban leluhur orang Papua.


KEBIJAKAN Pembangunan harus diperhatikan dan diharapakan untuk sekiranya bisa dilaksanakan oleh para pemimpin para tokoh seluruh Bupati dan Walikota kalau mau berhasil membangun masyarakat Papua secara seutuhnya


Kita Memerlukan Teologi baru tetapi kita lebih memerlukan cara baru merevitalisasi teologi warisan leluhur kita sendiri. (Ar/Azza)

Lebih baru Lebih lama