Unit Reskrim Polsek Pusakanagara bersama Bhabinkamtibmas dan Babinsa Desa Patimban evakuasi korban.
Sambar.id, SUBANG, JABAR - Seorang pemancing ikan ditemukan meninggal di pinggiran Kali Cipunagara Blok PT Bandung Dusun Galian Desa Patimban, Kecamatan Pusakanagara, Kabupaten Subang, Sabtu (13/07/2025) sore. Korban diketahui bernama Oyok Suginda (55) warga Desa/Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang.
Saat di temukan korban dalam keadaan telungkup, dipinggir jenazah terdapat joran, kantong dan alat pancing lainnya.
Menurut saksi Rasum, dirinya bersama Taswan sekitar jam 16 hendak pulang dari tambak, di tengah jalan tepatnya di Blok PT Bandung melihat ada orang telungkup ditanggul pinggir Kali Cipunagara, tadinya menyangka orang pingsan. Dirinya bersama saksi Taswan niat mau nolong, pas didekati ternyata sudah meninggal.
"Saya sama Taswan mau pulang dari tambak tapi di tengah jalan saya lihat ada orang telungkup di tanggul pinggir Kali Cipunagara. Awalnya dikira pingsan, tadinya mau ditolong. Tapi ternyata sudah meninggal," kata Rasum.
Temuan itu kemudian dilaporkan oleh saksi ke Kadus Galian dan ke Bhabinkamtibmas dan Babinsa Desa Patimban. Petugas bersama warga mendatangi TKP dan langsung mengevakuasi jenazah korban. Beberapa orang saksi juga dimintai keterangan oleh unit Reskrim Polsek Pusakanagara.
"Benar korban ditemukan sudah meninggal dunia di tanggul Kali Cipunagara Blok PT Bandung Dusun Galian, Desa Patimban," ucap Kapolsek Pusakanagara Kompol Dr.R.Jusdijachlan, S.H, M.M, CHRA melalui Kanit Reskrim Polsek Pusakanagara AKP I Nengah.
"Menurut keterangan pihak keluarga, memang korban mempunyai riwayat penyakit jantung," tuturnya.
AKP I Nengah juga memastikan setelah melakukan pemeriksaan awal terhadap jenazah korban, tidak ditemukan adanya tanda bekas penganiayaan atau luka yang mencurigakan.
Atas kejadian tersebut pihak keluarga korban secara resmi menolak dilakukannya autopsi terhadap jenazah. Angga Dermawan sang Anak bahkan membuat surat pernyataan bermaterai yang berisi penolakan otopsi serta kesediaan menerima kejadian ini sebagai musibah.
"Atas nama keluarga kami menolak untuk di otopsi, kejadian ini sebagai takdir yang harus diterima," ujar Angga Dermawan. (*)