Ditelantarkan Saat Hamil, Difitnah Saat Berjuang: FN dan Ibunya Dikecam Usai Diduga Hancurkan Harga Diri Seorang Istri


SAMBAR.ID//Sumenep
,-- Alih-alih menjadi pelindung, pemimpin, dan penopang rumah tangga, FN (inisial), pria asal Celong, Dusun Labuan Beru, Kabupaten Sumenep, justru diduga menjadi beban nyata bagi istrinya, WN (inisial), perempuan tangguh dari Dusun Tembing, Desa Sepanjang Kecamatan  Sapeken, Jum'at, (20 Juni 2025).


Selama satu tahun penuh dalam kondisi hamil muda yang semestinya mendapat perlindungan dan kasih sayang WN justru dibiarkan berjuang sendirian. FN pergi dengan dalih mencari nafkah ke Malaysia bersama ibu kandungnya, tapi sejak kepergian itu, yang tertinggal hanyalah sunyi, tanpa kabar, tanpa tanggung jawab.


“Dia tinggalkan saya dalam keadaan mengandung. Tak sepeser pun dia kirimkan untuk kebutuhan saya. Dia angkat kaki tanpa hati nurani,” ungkap WN dengan suara lirih namun tegas, saat ditemui tim media ini.


Namun penderitaan WN tak berhenti di situ. Ironisnya, perempuan yang sudah berkorban jiwa dan raga demi mempertahankan keluarga, justru diserang dengan fitnah busuk oleh ibu kandung FN. Ia dicaci sebagai “pelacur”, wanita tak tahu malu, bahkan dituding sebagai penyebab kehancuran rumah tangga—tuduhan yang bukan hanya menyakitkan, tapi menginjak-injak kehormatan seorang istri yang ditelantarkan.


“Saya masih diam karena saya menghormati mereka sebagai mertua. Tapi diam saya bukan berarti tak terluka. Harga diri saya dipermalukan. Saya dituduh tanpa bukti, padahal saya yang berjuang sendirian, menjaga anak dalam kandungan, menafkahi diri sendiri,” ujar WN dengan mata yang mulai memerah menahan tangis.


Kini, WN tak ingin lagi jadi korban. Ia memilih bangkit dan menempuh jalur hukum. Pencemaran nama baik dan penelantaran rumah tangga akan ia lawan melalui proses hukum yang sah.


“Saya bukan benda mati yang bisa diinjak semaunya. Saya perempuan, punya harga diri, dan saya akan berdiri untuk keadilan. Ini bukan cuma soal saya, ini soal semua perempuan yang pernah dipermalukan dan dilukai,” tegasnya penuh keberanian.


Sikap FN dan ibunya memicu amarah warga sekitar. Banyak yang menyayangkan bagaimana seorang ibu mertua yang seharusnya memberi pelukan, justru melempar tudingan dan memperkeruh luka. Sejumlah tokoh masyarakat bahkan menilai perilaku keluarga FN sebagai bentuk kekerasan moral terhadap perempuan.(*)

Lebih baru Lebih lama