Cilacap ,Sambar.Id
CILACAP – Papan proyek Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) di Desa Rejamulya, Kecamatan Kedungreja, terpampang jelas. Di situ tertera nilai fantastis: Rp195.000.000 dari APBN 2025, dikerjakan oleh P3A Jaya Makmur selama 45 hari.
Namun, di balik angka resmi itu, terkuak dugaan skandal gelap yang menggerogoti integritas proyek dan melibatkan oknum dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS).
Awalnya, proyek ini menuai sorotan tajam setelah jurnalis Muhiran mempublikasikan temuan janggal: kualitas pengerjaan yang amburadul dan penggunaan material tak lazim seperti batang pisang sebagai pengganti pipa paralon.
Kritik ini seharusnya memicu perbaikan, namun yang terjadi justru sebaliknya. Narasi media tiba-tiba berbalik 180 derajat, seolah-olah masalah telah beres.
Pertemuan Rahasia: Dugaan Upaya Pembungkaman Berkedok Kemitraan
Kecurigaan ini memuncak ketika jurnalis Tugiman dan delapan rekannya mendatangi lokasi dan menemukan fakta bahwa tidak ada perbaikan signifikan pada Senin tgl 08 September 2025 .
Mereka menghubungi Supri, ketua pelaksana, yang justru berdalih sedang rapat dengan "orang BBWS terkait pemberitaan.
Rekan Media Menunggu Dari Jam 12 siang hingga pukul 15:30 Janji Ketemu tak pernah terwujud .Ahirnya dengan penuh kecewa kami bersama rekan rekan jurnalis meninggalkan lokasi .
Kira kira Pukul 16 :00 Sy di tlp salah satu media untuk menemui saudara Supri ketua P3 TGAi .
Saudara Supri menjelaskan alasannya tidak mau nemuin awak media yang di maksud beralasan ingin tau mana jurnalis yang asli dan mana yang bukan ",ucap Supri
Dari pertemuan saya dengan dengan Supri Ketua( P3 TGAI) justru menjadi polemik dengan rekan rekan media yang lain .menjadi pertanyaan besar ada apa saudara Supri tidak mau ketemu dengan para awak media ,Ucap salah satu rekan media dari Cilacap.
Jurnalis Tugiman sangat tertarik dan ingin mengungkap fakta lebih dalam tentang Apa di balik semua ini .
Ia mengonfirmasi langsung kepada Muhiran, yang mengakui telah ditemui oleh oknum Pejabat Komitmen (PKM) dari BBWS.
Pertemuan ini, yang berlangsung di luar kantor, disebut sebagai awal dari "kemitraan" dan rencana "MOU." Sebuah dalih yang sangat mencurigakan untuk meredam pemberitaan negatif.
Dengan Tegas saya dari awak media menolak tawaran untuk di mintakan ke pihak PKM atau pejabat terkait .
Ia menulis, "mau wonge wis tlfn kalou di batalkan sy yg nggak enak mas dan mengganggu rencana MOU dengan bbws.
Pesan ini adalah pengakuan nyata bahwa tawaran suap berpotensi merusak "kesepakatan damai" yang sedang dibangun, yang melibatkan oknum BBWS dan media.
Bukti Tak Terbantahkan: Amplop Berisi Uang Tunai
Puncak skandal ini terjadi saat Supri, ketua pelaksana, menemui salah satu rekan media dan memberikan sebuah amplop berisi uang tunai senilai Rp400.000.
Amplop itu diterima sebagai bukti, bukan sebagai suap.
Dengan bukti uang tunai di tangan dan kesaksian warga tentang penggunaan material bekas, praktik korupsi di proyek APBN ini tidak bisa lagi disangkal.
Semua fakta ini—mulai dari dugaan pertemuan rahasia antara oknum BBWS dan jurnalis, pesan yang mengindikasikan tawaran suap, hingga bukti uang tunai di lapangan—menunjukkan adanya konspirasi untuk menutupi penyimpangan.
Alih-alih memperbaiki kualitas proyek senilai Rp195 juta yang dilaksanakan P3A Jaya Makmur, pihak terkait diduga lebih memilih untuk menyuap dan membungkam suara kritis.
Dengan bukti-bukti yang kuat, para jurnalis berencana membawa kasus ini ke ranah hukum.
Ini bukan lagi sekadar persoalan teknis, melainkan skandal yang mengancam integritas pejabat dan menggerus kepercayaan publik terhadap program pemerintah yang dibiayai oleh uang rakyat.
(Sugeng Rahmat )