Pembangunan Berdasarkan Nilai Sacral Honai Kaneke

Ismail Asso,
Anggota MRP Pokja Agama Unsur Agama Islam
Sambar.id, Papua - Sesuai amanat UU Otonomi Khusus bahwa sejatinya UU Otsus adalah Diskriminasi positif bagi rakyat Aceh dan Papua karena memiliki unsur kekhususan. 

Kekhususan Aceh karena Aceh dikenal sebagai Serambi Mekkah bahwa agama Islam menjadi Adat Budaya Rakyat Aceh sehingga pembangunan berdasarkan syariat Islam.

Berbeda dengan Papua yang berdasarkan Adat Budaya Papua yang inti kekhususan itu sebagai refresentasinya didalam MRP diakui dan harus mewakili beberapa unsur misalnya perwakilan Adat karena Adat Budaya local yang sacral masih dihayati rakyat Papua.

Unsur perempuan karena sejatinya pembangunan apapun tanpa perempuan maka apapun pembanguna akan gagal. Karena begitu MRP unsur perempuan wajib duduk dianggap fondasi pembangunan bangsa manapun didunia sejatinya ada dipundak Wanita sehingga wajib diperhatikan perhatiannya sektor pemberdayaan hak -hak perempuan untuk menunjang pembangunan.

Agama karena didalam Infonesia mayoritas Papua mayoritas Kristen maka rasa kehormatan negara atas kehkhudsa. Mayoritas Kristen rakyat Papua wajib diberi kuota duduk mewakili perwakilan mayoritas rakyat Papua duduk di MRP sekalipun harus digaris bawahi bahwa agama bukan unsur genuin Papua, namun negara wajib hormati rakyat Papua sepenuhnya menerima Kekristenan sebagai anutan mayoritas penduduknya.


Adat budaya Asli Papua


Seperti diketahui bersama bahwa masyarakat Papua sejatinya telah lama terisolir dari dunia global baru didatangi dan mulai diperhatikan secara tak serius Belanda. 


Perubahan secara significant terjadi sejak masuknya utusan Zending dari Jerman di Pulau Mansinam Manukwari Utara Papua Barat pada tahun 1855 sebagai tonggak perubahan dari kehidupan primitive. 


Jauh sebelumnya di Selatan Fak-Fak sejak tak lama di Maluku menerima pedagang Islam dari Handral maut (Yaman), menerima Islam pada abad 16. Pengaruh Islam selain Fak-Fak Bintuni dan Kaimana dan Sorong Sekatan sangat kental melalui Jalur Raja Ampat dari Kesultanan Kepulauan Maluku.


Seperti Belanda bahwa Papua Bagian Selatan Pegunungan dan Lembah Balim Jayaeijaya dan Papua Tengah Agama Katolik menjadi penganut Mayoritas penduduk Asli. Sementara Bagian Papua Utara dari Manukwari sampai dengan bagian pesisir Jayapura Agama Protestan menjadi dominan dan pedalaman Genyem dan Arso penduduk Asli dominan menganut agama Katolik.


Betatapun rakyat Papua Pegunungan baru menerima Utusan Zending melalui pesawat Ampibi mendarat di Minimo diatas sungai Balim Selatan pada Tahun 1957. 


Petugas agama Kristen Protestan ini diantar ke Hitigima menemui Kepala Besar Ukumearik Asso sebagai bentuk perlundungan dalam melaksanakan Missi Zending. Proses Kristenisasi secara massive terlaksana pada tahun 1980-an dan 1990-an zaman Presiden Soeharto.


Mengingat Papua Pegunungan dari kehidupan primitive era Zaman Batu, maka Fondasi Pembangunan Papua karenanya wajib karena itu tidak bisa tidak harus berdasarakan nilai -nilai luhur (sacral) adat Budaya Asli Papua sendiri.


Honai Kaneke


Apa itu Honai Kaneke? Honai adalah tempat dimana benda-benda sacral seperti Hareken (batu hitam / axe) atau Kanc Eken atau Kaneke (benda pusaka) disitu tersimpan didalam lemari. Didalam Honai ada struktur secara tegas kepemimpinan suatu Klen tersusun rapih, disitu Tugi Metek, Tugi Hurek, secara tegas diatur. 


Tugi Metek tugas dan fungsi utamanya mengatur, memimpin Klen Suku, Tugi Metek bertugas memotong Babi dalam pesta Adat dan pesta kematian serta pesta perkawina Suku.


Ap Tugi Hurek, berfungsi sebagai penasehat, urusan lebih kedalam dan menguasai investaris Hanai, sebagai Sekretaris sekaligus sebagai Bendaharawan meniliti merawat benda-benda sacral warisan leluhur yang sentral atau pusat kesakralannya pada Hareken (axe) dan benda pusaka lainnya didalam Honai.


Honai adalah rumah benda pusaka warisan leluhur kelen suku tersimpan didalam lemari (kakok aila). Adapaun Hareken atau nama lain Kaneke adalah batu hitam sebagai simbol kehadiran Yang Maha Kuasa melalui wasilah (hubungan) tak nyata ke alam nyata dunia manusia.


Benda Pusaka (Hareken) secara bahasa (etimologi), terdiri dari dua kata, Har (Engakau) Eken (Inti atau Isi) jadi makna Hareken secara terminologi berarti Inti dari Maha Hadir (disini bisa Tuhan bisa bukan Tuhan tetapi sesuatu yang Maha Kuasa). 


Jadi Hareken secara bebas dapat diterjemahkan sesuatu yang memberi kekuatan dan masyarakat Papua mendasarkan keyakinan pada benda sacral ini didalam mengurus segala urusan dunia mereka.


Berbicara kepemilikan hak-hak Tanah Adat berikut batas-batasnya, berbicara, gunung -gunung, sungai-sungai, Lembah-Lembah dan segala isi kandungan didalam dan diluar Tanah Adat tersimpan dan Honai bercerita. 


Tersusun rapih Honai memberitahu siapa pemilik dan batas -batas kepemilikan sampai dimana. Semua diatur dan sudah teratur didalam Honai Kakene segala kompleksitas cerita riwayat turun terkirim keluar klen tersimpan didalam Honai Kaneke.


Pemugaran Honai 


Dengan sumber dana Uang Otonomi Khusus begitu besar dan melimpah sudah selayaknya perhatian PJ Gubernur Propinsi Papua Pegunungan dan Selurug Bupati wajib mengalokasikan Sumber Dana Pembangunan ke sektor Pemugaran Honai Adat yang didalamnya tersimpan benda-benda sacral warisan leluhur.


Seluruh dana Hibah perlu dialokasikan untuk pemugaran Honai Adat dengan memugar kembali bangunan Honai model lama hanya dengan kayu pondasi diubah dengan semen dan setengah tembok dengan menyesuaikan dengan material pembangunan modern sebagai tempat situs warisan atau situs wisata perlu dilestarikan. 


Porsi anggaran pembangunan Gereja dan Mesjid dirasionalisasi dengan memberikan porsi lebih besar dan perhatian khusus para Pejabat PJ Gubernur hingga para Bupati wajib alokasikan Dana Hibah bagi kepentingan pemugaran dan pemabngunan krmbali Honai Adat dalam bentuk bangunan lebih padat dan modern.


Mengapa demikian? Karena manusia Papua Pegunungan betatapun menerima agama dan sudah mengukiti agama secara formal dalam kenyataannya masih menghayati dan lebih percaya nilai-nilai warisan leluhur sebagai pokok keyakinan utama dapam menta kehidupan masa depan mereka.


Oleh sebab saran dan reiomendasi diakhir tulisan ini saya memberikan catatan saran secara khusus kepada seluruh PJ Gubernur dan Para PJ Bupati lingkup Papua Pegunungan wajib mengalokasikan sumber Dana Otusu yang begitu besar porsi terbesar dialokasikan pemugaran perbaikan Honai Kaneke sebagai tempat dimana benda-benada pusara masih tersimpan sebagai Spririt kehidupan masyarakat Papua Pegujungan khususnya masyarakat Lembah Baliem Jayawijaya dan sekitarnya. (*)

Lebih baru Lebih lama