STTN Indonesia Gandeng DLH Makassar, Dorong Komersialisasi Maggot sebagai Solusi Limbah dan Ekonomi Sirkular

Sambar.id, Makassar, – Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara (STTN) Indonesia bersama Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indonesia Makassar berkolaborasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Makassar menggelar Sosialisasi Pemberdayaan Terintegrasi Berkelanjutan dari Hasil Pengolahan Limbah Domestik dengan Teknologi Biokonversi Maggot BSF (Black Soldier Fly) di Kelompok Wanita Tani (KWT) Seruni, Kelurahan Buntusu, Tamalanrea. Jum'at (19/08/2025)


Program ini merupakan tindak lanjut hibah Kemendikbudristek Saintek – Pemberdayaan Masyarakat Pemula (PMP) 2025. 


Kegiatan ini juga selaras dengan program DLH Kota Makassar tentang Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah, sehingga keduanya dipadukan demi tujuan bersama: mengurangi timbulan sampah sekaligus menciptakan nilai ekonomi baru dari limbah organik.


“Pengembangan teknologi maggot sejalan dengan program DLH untuk mewujudkan pengelolaan sampah yang inovatif dan mandiri. Ini sinergi luar biasa antara pengetahuan akademis, kebutuhan lapangan, dan partisipasi aktif masyarakat,” ungkap Juardi, SE, perwakilan DLH bidang persampahan.


Juardi juga mengapresiasi KWT Seruni yang sejak 2024 telah merintis budidaya maggot. Ia mendorong agar pengelolaan terus diperkuat, termasuk mengaktifkan kembali bank sampah untuk menunjang pasokan bahan organik bagi pakan maggot serta mendaur ulang sampah anorganik agar bernilai ekonomi.


Sementara itu, Ketua Tim, C. Selry Tanri, M.Si, menegaskan pendampingan kali ini difokuskan pada scale up menuju komersialisasi. Tahun lalu, KWT Seruni sudah didampingi dalam pengolahan limbah untuk pupuk kompos berbasis maggot.


“Kunci pengolahan ada pada pemilahan dari sumber. Ini bukan sekadar mengelola sampah, tetapi bagaimana mengubah masalah lingkungan menjadi peluang ekonomi,” tegas Selry.


Hal senada disampaikan Fatmawati, SP., MP, anggota tim, yang menekankan pentingnya kolaborasi agar program tidak berjalan sendiri-sendiri.


“Sinergi akademisi, pemerintah, dan masyarakat adalah kunci. Dengan maggot, sampah rumah tangga tak lagi sekadar dibuang ke TPA, tapi bisa memberi manfaat ekonomi bagi KWT Seruni dan warga Kelurahan Buntusu,” jelasnya.


Dari sisi manajerial, Muhammad Akbardin, SE., MM (STIE Indonesia Makassar) menyoroti pentingnya peningkatan kapasitas anggota KWT.


“Budidaya harus ditopang pengelolaan yang baik. Produk olahan maggot, seperti kompos, harus berdaya saing dan berkelanjutan. Karena itu, dukungan DLH, lurah, RW, hingga RT dalam mengaktifkan kembali bank sampah sangat vital,” tegasnya.


Kegiatan ini dihadiri berbagai pemangku kepentingan: perwakilan DLH Kota Makassar, aparat Kelurahan Buntusu, fasilitator lingkungan, fasilitator TPS3R, dosen kedua perguruan tinggi, hingga pegiat maggot dari Macca Organik, A. Munawqar, SE – mitra STTN Indonesia dalam pengembangan biokonversi larva BSF.


Andi Emilda, SP, Sekretaris KWT Seruni, menyampaikan rasa terima kasih atas keberlanjutan program.


“Tahun lalu kami belajar budidaya maggot, tahun ini kami belajar bagaimana mengelola hasilnya agar memberi nilai tambah ekonomi. Ini benar-benar membuka peluang usaha baru bagi KWT,” ujarnya.


Tim Program PMP STTN Indonesia berharap, KWT Seruni dapat menjadi model percontohan pengelolaan limbah domestik berbasis maggot. Dengan demikian, sampah bukan lagi masalah, melainkan berkah bagi masyarakat. (*)

Lebih baru Lebih lama