SDN Kiansantang Pusakajaya Lestarikan Seni Tradisional, Jadikan Seni Sintren Eskul Unggulan



Sambar.id, SUBANG, JABAR-
Tidak semua sekolah di Kabupaten Subang, khususnya sekolah dasar (SD) memasukkan seni Sintren sebagai ekstrakurikuler atau ekskul. Namun, di SDN Kiansantang, Desa Karanganyar, Kecamatan Pusakajaya, keterampilan seni Sintren menjadi ekskul unggulan.

Walaupun belum mempunyai peralatan gamelan sendiri, apalagi tempat untuk latihan karawitan, namun hal itu tidak membuat langkah mereka terhenti untuk ikut serta dalam melestarikan kesenian tradisional.

Menurut Kepala Sekolah SDN Kiansantang Karnica, S.Pd. M.M, mengatakan selain  menekuni mata pelajaran sesuai kurikulum, kami berkomitmen untuk melestarikan kesenian tradisional seni Sintren walaupun sarana dan prasarana untuk kegiatan tersebut belum menunjang akan tetapi hal itu tidak lantas menjadi masalah untuk kami, apalagi kaitannya dengan pelestarian kesenian daerah," tuturnya, Senin (20/10/2025).

"Kami berusaha untuk menemukan bakat anak sejak awal yang nantinya bakat ini dapat diasah dan menjadikan prestasi untuk anak -anak, karena kami yakin setiap anak memiliki bakatnya masing-masing,” katanya.

Lebih lanjut Karnica menjelaskan tarian sintren adalah sebuah seni tari yang dibawakan oleh seorang wanita dan didampingi satu orang dalang. Sama seperti seni tari pada umumnya, tarian sintren juga turut diiringi oleh alunan musik.

Selain itu, dalam kesenian tari sintren, juga terdapat beberapa orang wanita yang bertugas sebagai penari pengiring. Dalam proses pementasan kesenian ini, seorang wanita yang menjadi penari sintren akan lebih dulu diikat dengan tali dan dimasukkan ke dalam sebuah kurungan yang tutup oleh kain.

Beberapa saat kemudian, sang penari sintren pun akan keluar dengan kondisi tubuh yang sudah terlepas dari ikatan. Selain itu, saat keluar dari kurungan, penampilan sang penari pun telah berubah. Ia keluar dengan mengenakan pakaian khusus dan berkacamata hitam.





Seirama dengan alunan musik yang mengiringinya, seorang penari sintren akan terus melenggak-lenggok melakukan gerakan tarian. Namun ketika ada penonton yang melemparkan uang dan tepat mengenai tubuh si penari, maka penari sintren akan terjatuh.


Di saat itu, seorang dalang yang mendampingi, kemudian akan kembali mendirikan tubuh si penari sintren. Begitu pun seterusnya.

Karnica menyebut nama Sintren sendiri berasal dari dua kata yakni Si dan Tren. Si yang berarti Dia, dan Tren yang berarti Putri. Sehingga jika diartikan, nama Sintren memiliki makna Si Putri," tuturnya.

"Sebetulnya seni Sintren ini sudah ada sebelum ajaran Islam masuk ke tanah Jawa. Hal ini, ditandai dengan adanya syair-syair dalam tarian sintren yang menyebut dewa-dewa. Setelah ajaran Islam masuk ke tanah Jawa, khususnya di era Walisongo, tarian Sintren juga dijadikan sebagai media dakwah oleh para wali.

"Baru setelah Islam masuk, khususnya di era Walisongo, syair-syair dalam kesenian tari sintren kemudian diisi dengan ajaran Islam, seperti shalawat," katanya.

Lebih lanjut Karnica berharap melalui eskul seni Sintren ini siswa bisa mengeksplorasi minat dan ikut melestarikan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang sebagai kekayaan budaya Indonesia," pungkasnya. (*)
Lebih baru Lebih lama