Opini: Kejujuran di Tengah Riuhnya Masalah



Oleh: Penulis


Senin siang, 29 Desember 2025 sekitar pukul 15.00 WIB, saya keluar dari Polres Pasuruan Kota setelah memenuhi panggilan klarifikasi BAP atas laporan yang saya ajukan. Proses hukum masih berjalan, pikiran lelah, dan di perjalanan pulang bensin sepeda motor saya habis.


Saya berhenti di ATM BRI Pasuruan, Jalan Pahlawan, kawasan dekat stadion dan Pemkot Pasuruan. Saat itu, seorang bapak-bapak lebih dulu menggunakan mesin ATM. Setelah selesai, beliau berpindah ke mesin ATM di sebelahnya. Giliran saya maju. Namun sebelum kartu saya masukkan, uang tiba-tiba keluar dari mesin ATM. Jumlahnya tidak sedikit, puluhan juta rupiah, pecahan biru lima puluh ribuan.


Saya langsung sadar, uang itu bukan milik saya.


Tanpa berpikir lama, saya memanggil bapak-bapak tersebut dan menunjukkan bahwa uang keluar sebelum saya melakukan transaksi apa pun. Kejadian itu disaksikan oleh beberapa orang di sekitar lokasi dan bisa dicek melalui rekaman CCTV ATM. Bapak tersebut menerima kembali uangnya dan mengucapkan terima kasih dengan tulus. Saya tidak mengambil sepeser pun.


Bagi saya, kejadian itu bukan soal besar kecilnya uang, tapi soal bersikap jujur saat ada kesempatan untuk tidak jujur. Di tengah berbagai persoalan yang saya hadapi, urusan hukum, tekanan, dan opini yang tidak selalu adil - kejadian sederhana di depan ATM itu justru menjadi pengingat penting.


Kejujuran memang tidak selalu membuat hidup langsung mudah. Ia tidak selalu memberi keuntungan cepat. Tapi kejujuran memberi satu hal yang sangat mahal: ketenangan hati.


Di saat banyak cerita bisa dipelintir dan posisi korban bisa dibalik, saya memilih tetap jujur dalam hal paling sederhana. Karena bagi saya, uang bisa dicari. Tapi kejujuran dan nama baik, kalau sudah hilang, tidak mudah untuk dikembalikan.

Lebih baru Lebih lama