Sambar.id, Batam — Club malam VG Executive Music Lounge Hotel Pasifik kembali menjadi sorotan publik. Sudah sepekan berlalu sejak insiden pemukulan brutal terhadap pengunjung berinisial FC, namun hingga Kamis (18/12/2025), polisi belum menetapkan tersangka.
Peristiwa itu terjadi di area hotel yang beroperasi resmi dan memiliki sistem pengamanan internal. Lokasi kejadian juga dilengkapi kamera pengawas atau CCTV.
FC korban diduga mengalami kekerasan fisik yang dilakukan oknum dengan keterkaitan langsung pada pengelola atau sistem keamanan hotel. Akibat kejadian itu, FC mengalami luka memar di wajah, pelipis, dan rahang. Hingga kini, korban masih menjalani pemulihan.
Ironisnya, kejadian berlangsung di ruang publik berizin yang seharusnya menjamin keselamatan pengunjung. Kejadian ini menjadi sorotan publik karena kekerasan terjadi di tempat yang seharusnya aman.
Kuasa hukum korban, Jacobus Silaban, S.H., mengatakan kliennya telah melaporkan peristiwa itu secara resmi ke Polsek Batu Ampar Batam. Semua dokumen dan keterangan yang diminta penyidik telah dipenuhi.
“Klien kami mengalami kekerasan fisik dan telah menempuh jalur hukum. Kami berharap proses penyidikan berjalan sesuai ketentuan yang berlaku,” ujar Jacobus.
Jacobus menekankan pentingnya pemeriksaan saksi dan bukti secara menyeluruh. Ia menegaskan kejelasan proses hukum sangat penting agar korban memperoleh rasa keadilan.
Fakta di lapangan menunjukkan kawasan VG Executive Music Lounge terkesan menjadi zona abu-abu hukum, tempat kekerasan bisa terjadi tanpa konsekuensi jelas. Hingga Kamis, publik belum mendapatkan informasi mengenai pelaku utama pemukulan, penetapan tersangka, maupun penelusuran bukti seperti rekaman CCTV.
Lambannya penanganan kasus ini memicu dugaan adanya perlindungan terhadap pihak tertentu. Jika benar, ini bukan sekadar kasus penganiayaan, tetapi mencerminkan buruknya penegakan hukum di Batam, khususnya di dunia hiburan malam.
Lebih mengkhawatirkan, pembiaran ini membuka peluang terulangnya kekerasan serupa. Keselamatan pengunjung dipertaruhkan, sementara tempat hiburan tetap beroperasi seolah tak terjadi apa-apa.
Publik menuntut aparat penegak hukum bertindak tegas, transparan, dan tanpa kompromi. Jika kasus ini terus dibiarkan menggantung, wajar bila publik menilai hukum di Batam tumpul ke atas dan tajam ke bawah.
Tempat hiburan malam seharusnya menjadi ruang rekreasi, bukan arena kekerasan. Jika VG terbukti gagal menjamin keamanan pengunjung, izin operasionalnya patut dipertanyakan dan dievaluasi ulang.(Gh)







.jpg)
